Tuesday, December 30, 2008

Rectoverso Moment: "Firasat"


Anggaplah Anda sedang berada di sebuah pertemuan klub bernama “Klub Firasat”. Di sini, Anda boleh berbagi apa saja pengalaman Anda tentang firasat. Bahasa hati yang terlupa. Di kehidupan serba modern seperti ini, firasat seolah menjadi peristiwa langka yang datang sesekali. Datang tak diundang, dan tak mengenal kata pulang. Ia datang untuk menetap di hati kita. Menunggu kita dengan sabar untuk didengar.

Kita, manusia kota, kadang terlalu sibuk menganalisa, berpikir dengan kepala. Walau kita kadang memakai hati, tapi biasanya cuma sebatas merasakan emosi. Intuisi atau firasat adalah bahasa tanpa upaya. Dia datang ke pangkuan kita, tanpa perlu kita jemput. Tanpa perlu kita undang. Masalahnya: maukah kita mendengar?

Selasa, 6 Januari 2009: "Rectoverso Moment" minggu ke-8 akan membahas kisah dan lagu dengan tema: ”Bersahabat dengan Firasat”.

Semesta dan alam raya ini tidak pernah berhenti mengirimkan isyarat pada pertanda, pada kita semua. Sebagaimana seekor serangga kecil tahu saat bahaya datang, dan sekelompok burung tahu jika hujan badai sudah mengintai. Di luar kesibukan kepala kita, terjadi percakapan tiada henti antara semua makhluk dengan alam ini. Sudikah kita sejenak berhenti untuk mendengarkan batin kita berbunyi? Saat kita menggapai-gapai mencari jawaban, siapa tahu apa yang kita cari sudah menunggu dalam keheningan. Menunggu kita untuk diam, bersabar, dan mendengar.

Silakan berbagi pengalaman apa pun yang Anda punya tentang firasat. Kirim kisah Anda plus biodata yang cukup lengkap ke: program@cosmopolitanfm.com paling lambat hari Selasa 6 Januari 2009 pukul 18.00, dan jangan lupa sertakan satu judul lagu yang paling mewakili kisah Anda. Bagi yang kisahnya terpilih akan mendapatkan 1 paket Rectoverso (CD & Buku) sebagai apresiasi karena Anda bersedia membuka hati dan berbagi dengan kita semua.

Sampai bertemu di Rectoverso Moment hari Selasa depan, pukul 19.30 di Cosmopolitan 90.4 FM!

~ D ~

Rectoverso Moment Week#6 Winner

"Fajar Yang Telah Terbenam"
Oleh: Ratna Khomaini


Sakit memang jika orang yang benar-benar kita cintai harus pergi. Pedih rasanya hati ini bila penyesalan itu datang terlambat. Rasa ini datang begitu sempurna setelah ia benar-benar harus berada di alam ruhnya.

Ketika kita putus atau bercerai dengan orang yang kita cintai mungkin rasa sakit yang menghinggapi, tapi bagaimana bila kita ditinggal pergi untuk selama-lamanya? Apa yang mampu kita rasakan sedangkan menatap wajahnya saja sudah tidak bisa?

Mungkin orang menilai cerita ini hanya ada dalam sinetron atau novel saja, tapi inilah realitas yang harus aku hadapi. Dia mencintaiku dengan tulus, bahkan jarak ratusan kilometer rela dia tempuh hanya untuk dapat bertemu denganku. Sudah tak terhitung lagi berapa ratus e-mail dan sms yang tak terbalas, berapa ratus telepon yang tak terangkat, dan berapa ratus lagi aku menyakitinya dengan cacian serta perilaku yang dapat dikatakan kejam. Secara fisik dia memang jauh dari kesempurnaan, tapi jauh di balik semua itu ada keindahan yang menyeluruh dalam hatinya.

Dia seorang Fajar yang benar-benar menjadi fajar dalam kehidupanku. Selain orang tuaku, mungkin cuma dialah yang dapat mencintaiku dengan tulus, tahan dengan sifat kekanak-kanakanku. Namun selama kesempatanku masih ada, aku tak pernah menyadarinya. Dia ada untukku ketika aku benar-benar hancur ditinggal orang yang benar-benar aku cintai, yang membawa harta yang paling berharga. Dia ada untukku ketika semua orang memandangku sebelah mata akibat aib yang kubawa.

Sekarang, ketika cinta itu tumbuh dengan sempurna, ketika rasa ini menjadi semakin dalam, dia harus pergi. Seandainya aku tahu dia akan pergi secepat ini, mungkin waktu yang tersisa akan kuhabiskan hanya bersamanya.

Sekarang, yang dapat aku lakukan hanya memandangnya dengan mata hatiku, mengkristalkan dia agar tetap abadi dalam luth rabbani-ku.


Maaf ku telah menyakitimu
Ku telah kecewakanmu
Bahkan kusia-siakan hidupku
Dan kubawa kau seperti diriku...
Akhirnya juga harus kurelakan
Kehilangan cinta sejatiku...
Bila nanti esok hari
Kutemukan dirimu bahagia
Izinkan aku titipkan
Kisah cinta kita selamanya...


"Demi Cinta" - Kerispatih



* Naskah ini melalui proses edit minimal, tanpa mengurangi makna dan isi.

Saturday, December 27, 2008

Rectoverso Moment: "Cicak Di Dinding"

Pernahkah Anda berkhayal menjadi seekor cicak di dinding kamar tidur seseorang? Atau berangan-angan menjadi bantal tempat ia mengalaskan kepala? Tidakkah kita, sekali saja, ingin bertukar tempat dengan sesuatu yang tampaknya tidak istimewa demi memperoleh pengalaman yang sangat istimewa, pengalaman yang begitu Anda damba-dambakan?

Selasa, 30 Desember 2008: "Rectoverso Moment" minggu ke-7 akan membahas kisah dan lagu dengan tema: Mereka tak diperhitungkan, tapi kok, ternyata lebih beruntung?

Memuja seseorang kadang membuat kita gila. Kita rela mendaki gunung dan membelah laut demi menemaninya walau cuma semalam. Segala tindakan gagah berani itu ternyata dengan mudahnya dipatahkan oleh makhluk-makhluk dan benda-benda remeh yang tidak kita perhitungkan, yang tanpa usaha apa-apa, mereka malah memperoleh kesempatan yang kita damba-dambakan. Cicak di dinding kamar sang pujaan. Bantal yang jadi alas kepalanya. Guling yang dipeluknya semalaman suntuk. Pernahkah kita iri pada remeh temeh semacam itu? Tidakkah momen seperti itu membuat kita menilai ulang posisi kita sebagai manusia, yang katanya serba istimewa?

Please share your envy. Angan-angan Anda. Benda-benda mati, hewan-hewan kecil yang pernah mengusik iri hati. Kirim kisah Anda plus biodata yang cukup lengkap ke: program@cosmopolitanfm.com paling lambat hari Selasa 30 Desember 2008 pukul 18.00, dan jangan lupa sertakan satu judul lagu yang paling mewakili kisah Anda. Bagi yang kisahnya terpilih akan mendapatkan 1 paket Rectoverso (CD & Buku) sebagai apresiasi karena Anda bersedia membuka hati dan berbagi dengan kita semua.

Sampai bertemu di Rectoverso Moment hari Selasa depan, pukul 19.30 di Cosmopolitan 90.4 FM!

~ D ~

Friday, December 19, 2008

Rectoverso Moment: "Aku Ada"


Dia, yang kita cinta, sudah tidak ada. Sekeras apa pun kita memanggil, jawaban tidak pernah terdengar. Suara dan wujudnya tak bisa lagi kita dengar dan kita lihat. Setengah mati kita memanggil, setengah gila hati kita merindu, tapi dia tidak pernah ada untuk menjawab jeritan kita. Tapi, pernahkah Anda merasa bahwa dia sebetulnya masih ada dan terus menemani Anda?

Selasa, 23 Desember 2008: "Rectoverso Moment" minggu ke-6 akan membahas kisah dan lagu dengan tema: Berkomunikasi dengan “dunia seberang”.

Kematian bukan hal mudah yang bisa kita terima dengan begitu saja. Meskipun hati kita mengikhlaskan, terkadang rindu itu tetap datang. Tapi, benarkah orang yang kita cinta terpisah sebegitu jauh? Kadang-kadang kita bisa merasakan ia mendekat, menemani, bahkan terus bersama dengan kita setiap saat. Dalam momen tertentu, ia bahkan seolah menjawab panggilan hati kita. Barangkali tidak lagi dalam bentuk suara atau wujud. Bisa jadi dalam bentuk intuisi. Dan pada saat-saat seperti itu, batas antara dunia berwujud dan dunia tak berwujud seolah melebur. Yang ada hanyalah keberadaan itu sendiri.

Please share your magical moment. Share us your communication. Biarkan dia tahu bahwa kamu tahu… dia ada. Kirim kisah Anda plus biodata yang cukup lengkap ke: program@cosmopolitanfm.com paling lambat hari Selasa 23 Desember 2008 pukul 18.00, dan jangan lupa sertakan satu judul lagu yang paling mewakili kisah Anda. Bagi yang kisahnya terpilih akan mendapatkan 1 paket Rectoverso (CD & Buku) sebagai apresiasi karena Anda bersedia membuka hati dan berbagi dengan kita semua.

Sampai bertemu di Rectoverso Moment hari Selasa depan, pukul 19.30 di Cosmopolitan 90.4 FM!

~ D ~

Rectoverso Moment Week#5 Winner

"Stay As Sweet As You Are"
Oleh: Jeny Khaeni


Indahkah hidup bila abadi ?
Masihkah cinta berharga saat usia adalah kekal?

Aku berhenti bertanya. Jiwaku letih sudah berteman dengan kegagalan berulang kali. Dalam sujud, sebaris harapan kugantungkan ke langit. Kuteriakkan dengan lantang agar langit sungguh-sungguh mendengar : “Aku hanya ingin hidup bahagia dan dimiliki pria yang benar-benar mencintaiku. Dan bimbinglah aku berproses dalam waktu mencintai dia seutuhnya.”

Pertemuan itu bukan yang pertama kali. Sepasang mata asing itu pernah kukenal di ruang dan waktu yang berbeda. Daya ingatku tidak mampu menembus waktu. Siapa pria itu? Kenapa tatapan mata dia begitu mendamaikan jiwa ? Batin kami seolah terhubung kembali. Seakan-akan ada magis yang sedang bekerja. Menyambung kembali sebuah rasa yang pernah terjalin. Dulu. Entah di dimensi mana. Aneh, tapi perasaan itu sungguh nyata. Dia berlalu dengan senyum, menyisakan tanya yang tidak terjawab.

Kemudian langit membuka jalan melalui perjumpaan kesekian kali. Indah pada saatnya. Alam merestui. Menarikku bersatu dengan dia dalam perjalanan kali ini, melangkah dan berproses dalam waktu yang tidak pasti. Waktu yang terbatas bukanlah untuk membatasi cinta yang tumbuh, justru memecutku menghargai waktu itu sendiri.

Tak ada cara memang menambah waktu dibumi. Namun pikiran kami melebur dalam tindakan nyata memperpanjang hubungan. Tak ada sumpah. Tidak ada janji muluk. Hanya sebuah tujuan sama: mencipta lebih banyak kebahagiaan dalam kebersamaan Karena cinta adalah kewajaran. Sealami hidup ini.

Hidup memang tidak pasti. Tapi kesungguhan cinta yang kulihat di matanya adalah pasti. Cinta yang dia beri senyata nafas yang berembus. Ringan dan bernyawa. Aku merasakan keabadian dalam cintanya. Begitu riil, hingga waktu tidak lagi merisaukanku. So, just stay as sweet as you are!


It wasn’t in the plan, not that I could see
Suddenly a miracle came to me
Safe within your arms, I can say what’s true
Nothing in the world I would keep from you
You could have been anyone at all
An old friend calling out of the blue
I’m so glad it was you


“Anyone At All” – Carole King


* Naskah ini melalui proses edit minimal, tanpa mengurangi makna dan isi.

Wednesday, December 10, 2008

Rectoverso Moment: "Grow A Day Older"

Kita bertemu orang baru. Hati ini lantas berharap, pikiran ini lantas menimbang dan menaksir. Tapi pada akhirnya, siapa yang tahu? Bakal jadi teman, tetangga, pacar, kekasih sehidup semati? Mampukah kita menyerahkan diri pada ketidakpastian?

Selasa, 16 Desember 2008: "Rectoverso Moment" minggu ke-5 akan membahas kisah dan lagu dengan tema: Bersahabat Dengan Ketidakpastian.

Ketidakpastian seringkali membuat kita tidak merasa nyaman. Jika kita mengalami bahagia, kita ingin sekali menggenggamnya, kalau bisa untuk selama-lamanya. Tapi kalau kita sedang mengalami kedukaan, kita ingin sekali mengusirnya, kalau bisa secepat-cepatnya. Itulah rahasia hidup. Kita tidak tahu sampai kapan kebahagiaan kita bertahan, dan kapan kedukaan kita akhirnya lepas. Sama halnya saat kita bertemu seseorang. Setinggi-tingginya hati ini berharap, kita tidak tahu pasti apakah dia cuma menjadi kenalan selewat, teman biasa, pacar sesaat, atau kekasih sehidup semati? Yang jelas, waktu berjalan, kita bertumbuh hari demi hari. Itu saja. Ke arah mana dan jadi apa, kita tidak tahu pasti. Saat Anda memandang orang yang paling Anda sayang sekarang ini, mampukah Anda berserah diri dalam ketidakpastian? Bahwa sesungguhnya kita tidak akan pernah tahu perjalanan ini akan sampai di mana.

Please share your struggle to accept uncertainty. Kirim kisah Anda plus biodata yang cukup lengkap ke: program@cosmopolitanfm.com paling lambat hari Selasa 16 Desember 2008 pukul 18.00, dan jangan lupa sertakan satu judul lagu yang paling mewakili kisah Anda. Bagi yang kisahnya terpilih akan mendapatkan 1 paket Rectoverso (CD & Buku) sebagai apresiasi karena Anda bersedia membuka hati dan berbagi dengan kita semua.

Sampai bertemu di Rectoverso Moment hari Selasa depan, pukul 19.30 di Cosmopolitan 90.4 FM!

~ D ~

Rectoverso Moment Week#4 Winner

"The Hardest Day"
Oleh: Nanda


Bali, 3 April 2008...

Setelah lebih dari satu jam keliling Kuta, akhirnya aku berhenti dan mulai berani menekan sebuah nama di telepon genggam untuk mengabarkan kedatanganku.

“S”.

Memang sengaja aku singkat namanya di daftar kontak, dengan harapan mengurangi kepedihan yang pernah tertanam dalam kenangan. Dua belas tahun yang penuh peristiwa, dari sejak mata kami bertemu, menemukan pasangan jiwa dalam diri satu sama lain, terpisah jarak ratusan kilometer, hingga harus terpisah hati karena "terpaksa" mencintai hati yang lain. Namun tidak sekalipun aku gentar karena cuma satu yang aku tahu: kami adalah sepasang sayap yang tak mungkin terbang tanpa pasangannya. Peluh dan airmata tak pernah jadi alasan untuk melepaskan dia. Dan kali ini aku berada di pulau Dewata, tanah indah yang mengalirkan sebagian darah di tubuhku dan tubuhnya.

Aku ingin bertemu, seperti janji kami yang dulu. Tanpa rencana, tanpa harapan yang muluk-muluk. Aku hanya ingin melihatnya. Itu saja. Sejak aku di Jakarta, entah kenapa, rasanya setiap hal yang kutemui menggiring aku untuk datang kembali ke sini, meskipun harus mendadak cuti sekian hari.

Akhirnya dia di depan mataku, sedikit terkejut, tapi sekaligus juga mengerti jika kami selalu bertemu untuk sesuatu. Dan sebelum aku mengungkapkan rinduku, lengannya mulai memelukku sembari membisikkan cerita jika aku dan dia kini telah lain dunia, terpisah tata cara memuja Sang Pencipta. Dan dia akan meminang kekasihnya.

Aku membeku hampir tak percaya, memilih diam. Nyaris tak bernyawa rasanya. Menggigil tubuhku saat dia katakan bahwa keputusan ini diambil enam bulan yang lalu. Aku teringat bahwa saat itu aku sedang di Jakarta, terbangun pagi-pagi buta lalu menangis tanpa tahu sebabnya. Ternyata… itu sebabnya.

Sekian pertanyaan ingin kuungkapkan, kuteriakkan, bahkan disertai tangis ketidakrelaan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Mulutku kelu, lenganku makin kuat mengait tubuhnya, dan jariku kian erat meremas punggungnya.

Dalam dada ada yang sangat nyeri dan kembali terluka, tapi batinku bicara: aku harus bersyukur sempat memeluk dia untuk terakhir kalinya, sebab ia akan pergi esok lusa.

Cerita cinta kami berakhir dan aku tahu aku akan berduka selamanya. Meskipun aku pun menyadari tidak pernah ada yang sia-sia, karena aku sempat memeluknya.

There it goes… up in the sky
There it goes… beyond the clouds
For no reason why
I can’t cry hard enough for you to hear me now
...


* Naskah ini melalui proses edit minimal, tanpa mengurangi makna dan isi.

Thursday, December 4, 2008

Rectoverso Moment Week#3 Winner

"Mencintai Sebatas Punggung"
Oleh: Sherly


Just a little girl
Big imagination
Never letting no one take it away
Went into the world
What a revelation
She found there’s a better way for you and me to be

("Goodbye" - Spice Girls)

Sembilan tahun yang lalu, kita duduk berseberangan dalam sebuah kelas bahasa Inggris. Aku berada di baris ketiga dari meja dosen, sementara dia di sebelahku, namun di baris kedua.

Aku tidak begitu menyadari seperti apa gerak-gerik dia di hari pertama, kedua, ketiga… pokoknya pada awal-awal kami para mahasiswa baru mengenal satu sama lain. Ternyata, dia unik. Dia berbeda dari yang lain. Dia tidak modis, pakaiannya biasa-biasa aja. Tidak merokok seperti teman-temannya. Tidak banyak bicara, bahkan sangat pendiam. Dia menjadi murid kebanggaan dosen Inggrisku.

Setelah cukup lama mengenal teman-teman sekelas, aku mendapati dia yang selalu kulirik. Dia yang selalu kucuri-curi pandang. Wajahnya, telinganya, rambutnya, matanya, hidungnya, bibirnya, rambut cepaknya, pakaiannya, tas birunya, tangannya, sepatu hitamnya, tulisan tangannya, suaranya yang sangat sulit kuingat di memori saking jarangnya di ngomong, dan apa pun yang bisa kucari tahu tentangnya.

Entahlah, sebatas membayang hangat tangannya merangkul tanganku, sebatas memikirkan senyum manisnya, sebatas mengkhayalkan skenario di antara kita berdua, sebatas mencari tahu sebanyak-banyaknya tentang dia, aku sudah senang.

Saat jam belajar telah usai, dia pulang. Yang kulihat pulang hanya dia. Tidak kupeduli teman-teman lain pulang ke mana. Mereka hanya semut-semut yang berlomba lari berkerumun menuju pintu keluar bagai bongkahan gula pasir yang terjatuh dari roti manisku, karena ternyata ada satu makhluk lain. Dia bukan semut, tetapi dia adalah kupu-kupu. Sayapnya membuat hatiku terjerat dalam keindahannya. Kepakan-kepakannya membuat kepalaku menyimak arah terbangnya tanpa jeda sekali pun, sampai dia terbang menjauh. Sampai hanya terlihat satu titik kecil, lalu menghilang sudah.

Empat tahun berlalu. Kupu-kupu itu sudah pindah alamat. Dia sudah ke tempat lain yang sangat jauh dari jangkauanku. Dia sekarang sudah bekerja di tempat lain.

Aku terus merindukannya, tapi aku hanya bisa pasif. Aku seorang cewek pemalu. Tak berani mengutarakan isi hati, dan tak akan pernah menyampaikan rasa ini padanya. Aku adalah kembang sepatu yang dulu pernah dihinggapinya sesaat. Aku tak bisa ke mana-mana, tak bisa mengejar kupu-kupu itu, karena mahkotaku melekat pada tangkai pohon. Teringat tahun pertama di kampus, seorang temanku bilang, katanya dia suka sama aku. Aku sempat senang menangkap kata-kata temanku itu. Sepertinya memang benar. Terlihat dari tindak-tanduk dia yang diam-diam tapi sebenarnya dapat terbaca juga. Tapi rasa ini hanya terpenjara di dalam hati kita masing-masing, sampai satu kabar yang membuatku terkejut, tepatnya lima tahun setelah kami lulus: dia menikah. Perempuan yang dinikahinya tampak cantik, tapi aku tidak mengenalinya secara langsung. Wanita itu berasal dari dunia yang sangat berbeda dengan duniaku. Baru dua bulan lalu, kutahu dia sudah menikah. Dia tidak mengundangku dan memang lebih baik begitu. Pedih rasanya. Dia sudah melupakan aku. Sementara dia masih ada di hatiku.

Kini aku hanya bisa merindukan masa lalu itu, mengenang hadirnya, dan mencintai sebatas ruangan hati yang tak sampai mengalirkannya lewat kata-kata. Hanya isyarat cinta yang mungkin masih mempertemukanku dengannya secara tiba-tiba di toko buku Gramedia, toko buku Aksara, food court MAG, dan tempat-tempat umum lainnya. Terkadang, aku menemukan dia lagi sendirian di toko buku tanpa sepengetahuannya. Tapi tak seperti dulu, aku tak bisa lagi menikmati hadirnya terus-menerus sampai tersisa titik kecil yang pada akhirnya lenyap. Aku hanya bisa melihatnya sekilas. Terkadang, kami tidak sengaja saling melirik dan terpaksa menyapa satu sama lain sebatas ‘hai’, lalu sudah, selebihnya kami memalingkan muka masing-masing untuk kembali sibuk sendiri dalam jarak antar rak buku. Cukup sudah aku mencintainya. Mungkin suatu hari aku mendapati orang lain yang akan hidup bersamaku. Tapi ingin kuucapkan terima kasih atas rasa yang pernah tumbuh itu.

* Naskah ini melalui proses edit minimal, tanpa mengurangi makna dan isi.

Wednesday, December 3, 2008

Rectoverso Moment: "Peluk"

Perpisahan seringkali dicap sebagai musibah. Tapi, sebagaimana segala peristiwa dalam hidup, musibah atau berkah hanyalah kemasan yang membungkus sebuah pelajaran berharga. Terkadang perpisahan adalah jawaban. Meski pahit dan sedih, perpisahan tak jarang memberi kita ruang segar untuk mencicipi hidup dari sisi yang baru. Hanya saja dibutuhkan waktu dan kesabaran untuk menyadarinya.

Selasa, 9 Desember 2008: "Rectoverso Moment" minggu ke-4 akan membahas kisah dan lagu dengan tema: Perpisahan Yang Tak Terlupakan.

Setiap dari kita menyukai perjumpaan. Selalu ada harapan baru dan segar yang muncul dari sebuah perjumpaan dengan seseorang.Tapi seringnya kita tidak menyongsong perpisahan dengan sikap yang sama. Jika kita kilas ke belakang, adakah perpisahan yang masih kita sesalkan? Dan dari segala perpisahan yang terjadi dalam hidup kita, berapakah di antaranya yang sudah menerbitkan pelajaran atau hikmah yang indah? Sepotong kata “selamat tinggal” atau “putus” kadang menjadi pil pahit yang amat kita hindari. Namun ibarat sebutir obat yang kita minum saat sakit, justru lewat kegetiranlah kita belajar menanggulangi sesuatu. Hati kita semakin kuat. Perjalanan hidup semakin bermakna. Dan, saya percaya, segala sesuatu dalam hidup ini tidak pernah ada yang sia-sia.

Please share your most unforgettable goodbye. Kirim kisah Anda plus biodata yang cukup lengkap ke: program@cosmopolitanfm.com paling lambat hari Selasa 9 Desember 2008 pukul 18.00, dan jangan lupa sertakan satu judul lagu yang paling mewakili kisah Anda. Bagi yang kisahnya terpilih akan mendapatkan 1 paket Rectoverso (CD & Buku) sebagai apresiasi karena Anda bersedia membuka hati dan berbagi dengan kita semua.

Sampai bertemu di Rectoverso Moment hari Selasa depan, pukul 19.30 di Cosmopolitan 90.4 FM!

~ D ~