Wednesday, November 26, 2008

Rectoverso Moment Week#2 Winner

"Dunia Maya Itu Nyata"
Oleh: P, Bandung.


Dunia maya itu nyata. Senyata apa yang kami rasakan sejak dua tahun lalu. Dia jawaban dari kebutuhan saya untuk memiliki seseorang yang bisa diajak berbagi segala hal. Tidak ada hal yang absurd menurutnya. Pembicaraan soal Tuhan, soal cinta, dan soal apapun yang belum tentu akan mendapat respon fair jika saya bicara dengan orang lain. Yang membuat saya pertama kali tertarik dengannya adalah ia tidak beragama dan ia sangat humanis. Bertukar pikiran dengannya seperti membuka lembaran buku yang merupakan kompilasi dari banyak pelajaran hidup. Dan saya seperti anak kecil yang punya mainan baru. Saya pun mulai kecanduan bicara dengannya.

Ketika pukul dua pagi ia menelepon saya cuma untuk bicara hal-hal tidak penting dan sama-sama menertawakan apa yang kami kira penting adalah kesenangan tersendiri. "Manusia ini tidak standar", itu yang sering sekali terlintas di kepala saya. Dan saya jatuh cinta. Medianya maya tapi rasa itu nyata. Rasa yang hadir dari kenyamanan. Nyamannya tidak dihakimi. Rasa yang hadir karena ketenangan. Tenang bersama seseorang yang fisiknya berada jauh tapi saya yakin ia selalu menyediakan jiwa dan pikirannya untuk kami berdua. Rasa lega ketika beban di hati sudah mau tumpah dan saya tahu saya memiliki dia untuk menangis. Semua itu saya dapatkan dari hubungan kami. Begitupun ketika ia penat menghadapi anak-anak buahnya serta birokrasi yang membuat stres. Sebagai seorang pemimpin, ia tidak boleh terlihat lemah. Namun ia punya saya untuk menangis, atau sekadar berteriak kesal. Saya tidak merasa perlu tahu apa pun lagi tentang dia. Siapa pun dia, apa pun dia, dia adalah sahabat saya dalam segala kondisi. Begitu juga saya, yang dia bilang adalah tempat jiwanya pulang.

Dan ketika pada suatu malam, dia bilang bahwa dia mencintai saya, dan saya balas dengan perkataan yang kurang lebih sama, itu sudah cukup. Apa yang kami punya sudah cukup membuat kami lengkap. Tak perlu kami membuat hubungan ini makin nyata dengan pertemuan. Tidak usah. Apa yang kami punya sudah sangat membahagiakan. Buat saya, dia adalah nyata. Bagi dia, saya adalah nyata. Apa yang kami miliki adalah nyata. Ketika sudah berlalu dua tahun dan kami masih menyimpan cinta itu dalam hati, biarlah seperti ini. Di sinilah kami, berada pada dua jalan berbeda, kembali pada cubicle kami masing-masing. Dia, yang dinanti oleh seorang perempuan yang menggendong seorang anak, dan saya, yang dinanti oleh seseorang di ujung jalan itu.

Ketika saya menulis ini, sambil mendengar lagu “We’re All In The dance” dari Feist, saya yakin cinta itu akan terus ada.

Night and day, the music plays on
We are all part of the show
While we can hold on to someone
Even though life won’t let us go

We all go round and round
Partners of lost and found
Looking for one more chance
All I know is,
We’re all in the dance



* Naskah ini melalui proses edit minimal, tanpa mengurangi makna dan isi.
** Atas permintaan ybs, nama asli pengirim tidak dicantumkan di sini. Thank you for sharing your life story with us.


No comments:

Post a Comment